Oleh:
Jonathan Alfrendi*
Ilustrasi: Kesultanan Demak |
Benih
islamisasi mulai terlihat ketika raja Majapahit, Kertabhumi V menikah dengan
Amarawati (muslimah). Pernikahan beda agama tersebut melahirkan seorang pria
bernama Raden Fatah di tahun 1455. Raden Fatah kecil dibesarkan dalam
lingkungan muslim. Gurunya adalah Sunan Ampel dan Sunan Kudus. Karna selalu
berhadapan dengan ajaran Islam maka otomatis membentuk sikap fanatismenya
terhadap Islam. Raden Fatah inilah yang nantinya akan membuat pondasi
islamisasi di Indonesia.
Beranjak
dewasa Raden Fatah punya cita-cita untuk merobohkan hegemoni Majapahit. Tapi ia
tidak mau dengan pertumpahan darah. Ia menanti situasi dan kondisi yang pas
untuk menerkam Majapahit. Saat itu Demak merupakan sebuah kadipaten di bawah
kontrol Majapahit. Yang memimpin Demak Raden Fatah. Majapahit sendiri setelah
ditinggal mati oleh Gajah Mada dan Hayam Wuruk telah linglung.
Waktu
yang dinantikan Raden Fatah pun akhirnya tiba juga. Di tahun 1478 ketika Sunan
Ampel wafat, diam-diam Raden Fatah memimpin tentara Demak untuk menyerang
keraton Majapahit secara mendadak. Majapahit kaget-sekagetnya. Raja Kertabhumi
sebagai raja Majapahit ketika itu dibawa beserta pusaka-pusaka Kerajaan
Majapahit ke Demak, dengan tujuan bahwa Majapahit itu masih tetap ada. Akhirnya
Majapahit menyerah tanpa perlawanan tanpa pertumpahan darah.
Majapahit
yang telah berumur 184 tahun, yang dianggap sebagai kerajaan superior di
Nusantara berhasil dijinakkan oleh seorang pemuda bernama Raden Fatah.
Kecerdikan yang ia miliki membuat dirinya mampu meyakinkan rakyat Jawa bahwa
Demak adalah pelanjut dari Majapahit. Setelah episode Kerajaan Majapahit
berakhir, Demak yang tadinya hanya sebuah kadipaten berubah menjadi kesultanan.
Raden
Fatah mulai memimpin Demak di tahun 1481 M. Letak Kesultanan Demak di daerah
Bintoro, Jawa Tengah. Demak didirikan dengan konsep menyatukan Nusantara.
Adapun misi utamanya yaitu islamisasi di Jawa dan sekitarnya. Hal itu dilandasi
oleh zeit geist (jiwa jaman) yang
berkembang kala itu. Di dunia barat telah tumbuh semangat 3 G (gold, glory, gospel) sedangkan di timur
dengan islamisasinya.
Secara
perlahan Demak berevolusi menjadi kesultanan maritim yang perkasa dengan
menguasai bandar-bandar laut seperti di Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Untuk
memperkuat pertahanan, Demak membuat angkatan perang yang militan untuk menjaga
pertahanan keraton dan Nusantara sekaligus menjadi modal untuk melancarkan misi
islamisasi.
Berdirinya
Demak tidak bisa lepas dari kontribusi para Walisanga. Rontoknya Majapahit
tanpa pertumpahan darah adalah ide dari Sunan Ampel dan Sunan Kudus. Dalam hal
islamisasi para Wali Sembilan ini membentuk daerah kewalian, setiap ulama
diberi tugas ke wilayah-wilayah untuk islamisasi, antara lain:
Sunan Ampel di daerah Ampel Surabaya, Maulana
Malik Ibrahim di daerah Jawa Timur, Sunan Bonang di Bonang (Tuban), Sunan
Dradjat di Gresik/Sedaya, Sunan Giri di Gresik, Sunan Kudus di daerah Kudus,
Sunan Kalijaga di daerah Demak, Sunan Muria di daerah Gunung Muria dan Sunan
Gunung Jati di Jawa Barat (Cirebon).
Dengan
bantuan Walisanga, Kesultanan Demak menjelma menjadi episentrum islamisasi di
tanah Jawa sekaligus ke wilayah timur Indonesia. Semua berkiblat ke arah Demak.
Yang
tidak boleh dikesampingkan ialah peran Tionghoa Muslim dalam islamisasi. Bagi
Raden Fatah para Tionghoa Muslim ini dibutuhkan untuk membangun Kesultanan
Demak. Apalagi ketika Raden Fatah memerintahkan armada laut Demak untuk
menyerang Portugis di Malaka. Siang malam para tukang-tukang yang beretnis
Tionghoa ini bekerja keras untuk membuat kapal.
Alasan
mengapa Raden Fatah menginstruksikan agar menyerang Portugis karna kehadiran
Portugis sangat mengancam Demak. Sejak 1511 Portugis sudah berkuasa di Malaka.
Kehadiran mereka ini sesungguhnya didasari oleh semangat 3 G, yakni: gold, glory, dan gospel. Dengan
semangat ini mereka bernafsu untuk menguasai wilayah Nusantara terutama yang
ada rempah-rempahnya.
Hal inilah yang tidak disukai oleh Kesultanan Demak.
Karna
itu ketika kepemimpinan Raden Fatah, ia memerintahkan Pati Unus di tahun 1513
untuk melakukan agresi militer kepada Portugis di Malaka. Namun apadaya Pati
Unus kalah di medan laga. Dikarenakan Portugis lebih canggih persenjataannya.
Kekalahan itu tidak membuat Demak patah arang. Lagi-lagi Raden Fatah kembali
memerintahkan armadanya untuk menyerang Portugis di Malaka lagi. Episode kedua
ini dikomandoi oleh Ratu Kalinyamat (cucu Raden Fatah). Hasilnya Demak kalah
juga sebab Potugis lebih perkasa.
Puncak
kegemilangan Demak ketika Sultan Trenggana memimpin (1521-1546). Ia berhasil
meluaskan wilayah Demak dari arah barat sampai ke timur Jawa. Trenggana
berhasil meredam pengaruh Portugis di tanah Jawa. Ia tahu bahwa Demak kalah
dalam hal senjata maka ia membuat siasat agar pengaruh Portugis tidak menyebar.
Yang
Trenggana lakukan ialah dengan cara menaklukan Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon, yang dipimpin oleh panglima perang asal Demak bernama Fatahillah.
Dengan menguasai tiga daerah itu, Demak telah menghambat kedatangan Portugis di
Jawa. Fatahillah berhasil menguasai ketiga daerah Jawa Barat itu. Kemenangan
ini semakin memperkuat hegemoni Demak di tanah Jawa.
Hegemoni
Demak bukan hanya berkibar di tanah Jawa saja. Demak juga memiliki pengaruh di
Palembang, Jambi bahkan sampai ke Banjarmasin. Demak memberikan bantuan kepada
Kerajaan Banjar (Kalimantan) sebagai bentuk usaha perluasan pengaruh Demak.
Banjarmasin dianggap penting sebagai sekutu untuk membendung ekspansi Portugis
yang sedang berusaha membuat “jalan sutera” antara Malaka dan Maluku.
Untuk
memperkuat posisi politik di suatu wilayah maka cara ampuhnya adalah dengan
mendirikan monumen atau benteng. Inilah yang dilakukan oleh Bangsa Portugis
ketika berkuasa di suatu tempat. Berbeda dengan Portugis, Demak membuat Masjid
Demak. Masjid
ini punya peranan penting sebagai pusat peribadatan Kesultanan Demak. Para
Walisanga seperti Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan Sunan Bonang juga sering
berkumpul di masjid ini. Tepatnya pendirian Masjid Demak dimanfaatkan untuk
melancarkan islamisasi.
Kalau
kita perhatikan berdirinya suatu bangunan bertingkat, gedung-gedung yang
menjulang tinggi, monumen yang berdiri megah ataupun menara-menara pencakar
langit lainnya. Believe or not, semua
itu diaktori oleh para asitek.
Profesi
arsitek inilah yang diperankan oleh Kesultanan Demak untuk mengkonstruk
islamisasi di negara yang kita tempati ini.
*Mahasiswa
Sosiologi-Antropologi
No comments:
Post a Comment