Friday, December 20, 2013
Dampak Mengerikan Dibalik Pornografi
Share dari tulisan salah seorang ikhwan di Kaskus….Baca sampai akhir gan, bikin merindingSering kita dengar kalau Bahaya Pornografi itu adalah merusak otak, mengacaukan pikiran, membuat malas. Just it ??? Ahhhhhh….. saya belum merasa belum puas dengan semua penjabaran itu. Saya butuh yang lebih ekstrim penjabarannya. Setelah mencari – cari beberapa referensi dan mendengarkan ceramah orang, yang tak kunjung menghilangkan dahaga penasaran itu,…… akhirnya saya sekarang tahu Bahayanya Pornografi Bagi Siapapun pecandunya ! Dan sekarang saya ingin berbagi kepada anda.Saya yakin penjabaran saya akan menjelaskan secara krusial, intinya bahaya pornografi itu apa !Jadi saya mohon banget perhatian anda sebentar !Jadi kalau lagi chatting sambil ngakak-ngakak, lagi facebukan untuk ngomentarin status-status teman, lagi download lagu dan film, atau lagi ngeliat-ngeliat gambar…. Plise………. STOP dulu !!!Baca artikel ini sampai selesai. Baru anda boleh melanjutkan kegiatan anda tadi. Oke ???Kita Mulai !!!Pada hari Jumat 1 Oktober 2010 saya mengikuti seminar sehari yand diadakan oleh Yayasan Kita & Buah Hati yang ”dikomandani ” Ibu Elly Risman ,Psi . Pembicaranya adalah : Ibu Elly Risman,Psi dan Dr. Randall F. Hyde,Ph.DDr. Randall F. Hyde,Ph.D adalah seorang psikolog senior di negara Amerika sana. Sedangkan Ibu Elly Risman,Psi adalah pakarnya parenting di Indonesai ini.Pembukaan:Dia (Dr. Randall F. Hyde,Ph.D) berkata :”percayalah pornografi adalah suatu bencana yang kami sendiri ( maksudnya negara Amerika sendiri ) keteteran . Negara kami dapat mempersiapkan perang, dengan senjata dan tentara. Negara kami bisa menghadapi penyakit dengan temuan obat – obat dengan penelitian ilmuwan kami. Tapi untuk pornografi…percayalah…. pada awalnya kami tidak siap dan tidak tahu cara apa yang harus dilakukan untuk melawannya. “Oia, merebaknya pornografi di Amerika pada saat sekarang, sudah jauh berkurang dibandingkan 20 tahun silam.Ya ! anak – anak di Amerika sana serta remaja -remaja disana dilanda pornografi 20 tahun lalu. Waktu lagi parah – parahnya banget. Sekarang bisa dikatakan sudah sembuh untuk ukuran penyakit satu negara. Kalau negera kita Indonesia, sekarang inilah yang lagi merebak – rebaknya !”Maka dari itu saya (Dr. Randall F. Hyde,Ph.D) datang kesini, karena saya ingin ikut dalam upaya pembersihan pornografi di negara kita ini. Karena negara kamipun pernah dilanda bencana ini. Dan itu sangat mengganggu. Dan syukurnya kami sudah melewati itu sekarang. “Dia juga berkata : ” I love your country, I love your people ” ( Saya sempat terharu mendengarnya )2 detik kemudian saya tertawa, karena berikutnya dia mengatakan : ” I love your cendol too “ Gurakrak hahaha !—Di tubuh kita banyak hormon yang bekerja.(Tenang bagi yang agak alergi dengan istilah kimia…. meskipun nanti ada istilah kimia, akan dijelaskan secara santai kok ^_^)Ada 4 hormon yang yang dirusak cara kerjanya. Hormon ini jika bekerja secara normal. Akan menguntungkan kita. Nah pornografi membuat ke – 4 hormon ini keluar secara berlebihan dan terus menerus.—Inilah “daging” dari artikel ini !—* DOPAMINE *Kalau anda sedang kesusahan mengerjakan suatu soal matematika saat ujian, dateng telat, belom makan, eh pas datang ternyata soalnya susah banget… anda pasrah…. lunglai…. merasa bakal jeblok nilanya…. gara-gara tidak ada satupun soal yang bisa anda kerjakan…Lagi frustasi frustasinya, tiba -tiba ketemu cara ngerjain soalnya,….. YES !!!!!! I Got IT !!!!! Alhamdullillah !Bagaimana perasaanya ???? Senang yang bukan main bukan ???!!!! Serasa puas campur bahagia !Seperti itulah efek hormon dopamine kalau lagi bekerja. Menimbulkan SENSASI Puas, senang , bahagia di dalam dada.Eits… tunggu dulu…,Efek dopamine ternyata menimbulkan peningkatan kebutuhan level.Maksudnya gini… kalau kemaren anda puas dan loncat loncat kegirangan gara – gara mengerjakan soal anak TK, apakah saat besoknya anda mengerjakan soal yang sama anda merasa puas dan loncat loncat yang sama dengan yang anda lakukan kemaren ???Tentu tidak ! Anda pasti butuh untuk bisa mengerjakan soal anak SD, baru loncat – loncat kegirangan lagi. Betul gak ??? Seperti itulah efek dari bekerjanya si dopamine.NAHHHHH ! pornografi itu membuat si dopamine bekerja terus menerus ! sayangnya penyebab dia bekerja adalah karena pornografi !Ilustrasi :
Sunday, November 3, 2013
Samudera Pasai, Bukan Kesultanan Tertua
Oleh: Jonathan Alfrendi*
Ketika
saya belajar sejarah di bangku sekolah dikatakan bahwa Samudera Pasai adalah
kesultanan tertua di Nusantara. Uniknya lagi di semua buku-buku pelajaran
sejarah mengamini pernyataan itu. Tak heran hal itu telah menjadi doktrin
intelektual bagi manusia Indonesia hingga detik ini. Namun saya katakan itu
adalah bohong, mitos belaka. Sekali lagi itu mitos. Siapa bilang kesultanan
Samudera Pasai sebagai kesultanan tertua di Indonesia. Itu hanya romantisme
sejarah. Kalau begitu siapakah kesultanan yang tertua?
Bila
kita pakai tahun 1267 M sebagai lahirnya Samudera Pasai, ketika Marah Silu
dilantik menjadi sultan pertama. Jauh sebelum tahun tersebut di kota Perlak,
yang berdekatan dengan Pasai, agama Islam sudah menjelma menjadi entitas
politik berupa kesultanan. Kesultanan Perlak sering digadang-gadang sebagai
kesultanan Islam pertama di Nusantara, dengan menganut mazhab Syiah.
Sebenarnya
sebelum agama Islam datang, kota Perlak ini sudah menjalin hubungan mesra
dengan para saudagar dari Arab, Tiongkok, India, dan sebagainya. Yang memicu
mereka datang ke Perlak yaitu karna di Perlak terdapat kayu yang dikenal
sebagai bahan baku yang sangat diburu untuk pembuatan kapal dan perabot. Kayu
itu disebut kayu perlak.
Pemicu
lainnya, di Perlak sejak abad ke-9 sudah dikenalkan dengan penanaman lada.
Ternyata tanaman lada ini mendatangkan banyak keuntungan bagi kerajaan Perlak.
Saat itu Perlak diperintah oleh Marah (raja) Perlak. Hasil lada tersebut
diekspor melalui Bandar Perlak. Maka, Perlak dijadikan Bandar utama di pantai
timur Sumatera bagian barat untuk ekspor lada (Slamet, 2005:132).
Karena
kedua komoditi itu (kayu dan lada) mendapatkan keuntungan yang melimpah membuat
para pedagang-pedagang asal Timur Tengah seperti Gujarat, Arab, Persi dan Mesir
yang beraliran Syiah kerap datang ke pelabuhan Perlak dan kemudian menetap di
Perlak. Misi kedatangan mereka awalnya hanya ingin menguasai seluruh hasil lada
yang ada di sultan Perlak.
Awalnya
aktivitas mereka itu adalah berdagang. Selain itu, mereka ada juga yang ahli
dalam bidang pertanian sampai ada yang ahli bertaktik perang. Tidak itu saja,
mereka juga giat berdakwah dan menikah dengan penduduk lokal. Salah seorang
dari pendakwah itu bernama Sayid Ali Al-Muktabar (cucu khalifah Ali bin Abi Thalib),
menikah dengan Putri Makhdum Tansuri (putri kerajaan Perlak). Dari perkawinan
mereka lahirlah Alaiddin Sayid Maulana Aziz Syah, yang kelak menjadi sultan.
Makin
lama para pendatang asal Timur Tengah semakin ramai datang ke Perlak sehingga
agama Islam semakin menggeliat. Terbukti banyak orang Perlak yang masuk Islam (mualaf), termasuk Meurah (Maharaja)
Perlak dan keluarganya. Maka di tahun 840 diproklamasikan Kerajaan Perlak yang
beribukota Bandar Khalifah –Rajanya Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz
Syah (Majalah Historia No. 6 Thn 2012: 58). Ia adalah sultan pertama. Slamet
Muljana (2005) berkomentar bahwa Kesultanan Perlak bertahan sampai satu abad
lebih dan mengenal beberapa sultan.
Yang
harus diketahui bahwa sultan pertama Perlak ini adalah seorang arab peranakan.
Ketika ia memimpin, ia mendapat sokongan dari para saudagar asal Timur Tengah, seperti Arab, Mesir,
Persi, Gujarat. Dikisahkan ia berhasil merebut kekuasaan dari Marah (raja)
Perlak plus berkuasa atas hasil lada di Perlak.
Berarti
kerajaan Islam yang pertama berdiri di Indonesia yaitu Perlak, boleh dinamakan
Daulah Syi’iyah (Kerajaan Syi’ah) (Sumber: Majalah Historia No. 6 Thn 2012:
58-59). Aliran Syiah berkuasa disini. Berdirinya kesultanan ini karna ada
campur tangan dari warga asal Timur Tengah.
Sementara
itu beberapa tahun kemudian, di tahun 1128 telah berdiri kesultanan Pasai yang
dipimpin oleh Laksamana Laut Nazimuddin Al-Kamil, yang didukung oleh dinasti
Fathimiah di Mesir serta menjadi kerajaan bawahan dari Mesir. Kesultanan Pasai
terletak di muara sungai Pasai, tepatnya di pantai timur Sumatera bagian utara,
berdekatan dengan Kesultanan Perlak.
Adapun
tujuan Kesultanan Pasai ini didirikan yaitu dinasti Fathimiah sangat ingin
menguasai perdagangan rempah-rempah di pantai timur Sumatera. Untuk itu dinasti
Fathimiah ini membuka kota pelabuhan Pasai.
Perlahan
tapi pasti dinasti Fathimiah menjadi kaya raya berkat penguasaan di Pasai ini.
Kenikmatan yang dirasakan oleh dinasti ini hanya bertahan sampai tahun 1268,
sebab dinasti ini rontok oleh golonganSyafi’i di Mesir. Maka berefek domino,
terputuslah hubungan Kesultanan Pasai dengan Mesir namun Pasai masih tetap
eksis bertahan bahkan semakin lama semakin perkasa, serta menjadi kesultanan
maritim yang paling gemilang di Nusantara semasa itu.
Perubahan
politik yang terjadi di Mesir ikut mempengaruhi aktivitas yang terjadi di
Nusantara terutama di pantai timur Sumatera. Pengganti dinasti Fathimiah adalah
dinasti Mamuluk yang beraliran Syafi’i. Berkuasanya dinasti baru ini di Mesir ternyata
punya misi untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di pantai timur Sumatera,
persis dengan halnya dinasti Fathimiah. Maka di tahun 1284 diutuslah Syekh
Ismail beserta kawannya yaitu Fakir Muhammad ke pantai timur Sumatera dengan
misi mengkudeta Kesultanan Pasai sekaligus memusnahkan pengaruh Syiah.
Tiba
di Pasai, Syekh Ismail bertemu dengan Marah Silu. Rupanya Marah Silu adalah
pribumi tulen dan seorang muslim sejak lahir bukan diislamkan. Ia beraliran
Syiah dan keturunan Sultan Perlak. Dia orang yang sudah beradab di zamannya.
Tak lama, Syekh Ismail berhasil membujuk Marah Silu untuk pindah memeluk mazhab
Syafi’i. Marah Silu pun setuju. Kepindahannya ini menjadikan ia sebagai manusia pertama di
Nusantara yang bermazhab Syafi’i. Setelah
itu, Marah Silu dilantik menjadi Sultan Samudera oleh Syek Ismail dengan gelar
Malikul Saleh sejak tahun 1267.
Berdirinya
Kesultanan Samudera ini adalah sebagai bentuk tandingan terhadap Kesultanan
Perlak dan Pasai yang sudah ada sedari awal. Letaknya pun di muara sungai
Pasai, di pantai timur Sumatera, menghadap Selat Malaka. Kesultanan Samudera
inilah yang menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Samudera Pasai.
Di
tahun 1285 terjadi gejolak perebutan kekuasaan di Keslutanan Pasai. Hal ini
dimanfaatkan betul oleh Syekh Ismail dan Marah Silu untuk memborbardir
Kesultanan Pasai. Mereka pun berhasil mengkudeta. Di tahun yang sama kekuasaan
Kesultanan Pasai yang beraliran Syiah itu tamat dan diteruskan oleh kesultanan
baru pimpinan Marah Silu yang beraliran Syafi’i bernama Kesultanan Samudera
Pasai. Di kepemimpinannya, Samudera Pasai menjadi penguasa bandar utama di
pantai timur Sumatera bagian utara mengalahkan bandar Perlak. Dengan begitu
Kesultanan Perlak terus mengalami kemunduran.
Kemunduran
Kesultanan Perlak terlihat jelas pada akhir abad ke-13, yang ditandai dengan
tidak lagi memegang peranan di region pantai timur Sumatera. Apalagi dengan
adanya perebutan kekuasaan yang terjadi di dalam istana menjadikan Kesultanan
Perlak ini semakin redup. Ditambah munculnya Kesultanan Samudera Pasai semakin
memudarkan Kesultanan Perlak.
Akhirnya
setelah Sultan terakhir Perlak yaitu Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz
Syah wafat pada 1292, Kesultanan Perlak menjadi bagian dari Kesultanan Samudera
Pasai dibawah pimpinan Sultan Malikul Zahir, anak Malikul Saleh (Sumber:
Majalah Historia No. 6 Thn 2012: 59).
Perkembangan
selanjutnya, Kesultanan Samudera Pasai terus mengalami kemajuan pesat, baik di
bidang agama, politik dan ekonomi. Samudera Pasai punya peranan penting dalam
islamisasi di Asia Tenggara. Dibuktikan dengan pernikahan yang dilakukan oleh
Raja Parameswara yang menikahi putri sultan Samudera Pasai yaitu Zainul Abidin
Bahian Syah. Parameswara adalah pendiri Kesultanan Malaka di tahun 1404. Efek
dari perkawinan itu Parameswara memeluk islam beraliran Syafi’i. Malaka menjadi
kerajaan yang bercorak islam didasari oleh pengaruh Samudera Pasai.
Samudera
Pasai juga telah menjadi kesultanan yang berperadaban lebih maju. Dibuktikan
dengan adanya mata uang yang terbuat dari emas dan perak. Yang disebut dirham.
Dirham ini dipakai dalam aktivitas perekonomian. Tidak itu saja, potensi sumber
daya alam yang melimpah membuat kesultanan ini menjadi kota dagang dan kota
pelabuhan.
Dengan
demikian islamisasi di Nusantara berawal di Serambi Mekah sejak abad ke 7, yang
dimulai dari Perlak. Dan jika ditanya siapakah kesultanan yang tertua,
jawabannya Perlaklah yang lahir terlebih dahulu.
Sedangkan
untuk Samudera Pasai fakta sudah bulat bahwasannya Kesultanan Samudera Pasai
bukanlah kesultanan tertua.
*Penulis adalah pemilik akun @masjojoo
Thursday, October 24, 2013
Lonceng Kematian Konstitusi Kita
Oleh: Jonathan Alfrendi*
Indonesia berduka. Kali ini
penyebabnya bukanlah akibat dari bencana alam, bukan juga akibat wafatnya tokoh
nasional. Adalah kejadian tertangkapnya Ketua nonaktif Mahkamah Konstitusi
(MK), Akil Mochtar, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di rumah dinasnya
di Jalan Widya Chandra III Nomor 7, Rabu (3/10/2013) malam, akibat dugaan
menerima suap terkait dengan sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Akil ditangkap bersama-sama dengan
anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Chairun Nisa, Bupati Gunung Mas Hambit
Bintih, pengusaha bernisial DH, dan seorang pengusaha Palangkaraya bernama Cornelis Nalau. Akil ditangkap saat
akan ada penyerahan uang dari Chairun Nisa dan Cornelis Nalau kepada dirinya,
yang terdiri dari 282.040 dollar Singapura dan 22.000 dollar Amerika Serikat.
Uang tersebut adalah pemberian dari Hambit yang sedang berpekara dalam sengketa
Pilkada di MK.
Selain kasus Gunung Mas, pria kelahiran
Putussibau –Kalimantan Barat, juga terjerat dalam kasus suap perkara sengketa
Pilkada Lebak di Banten. Ia disangka menerima suap 1 Miliar dari adik Gubernur
Banten Ratu Atut Chosiyah, Tubagus Chaeri Wardhana alias Wawan. Pada kedua
kasus tersebut, sang “penjaga konstitusi” ini dijadikan tersangka.
Pada momen selanjutnya, KPK mencium
adanya dugaan pencucian uang hingga indikasi penyalahgunaan narkoba yang
dilakukan oleh Akil. Pihak KPK telah memblokir sejumlah rekeningnya dan
aset-asetnya dibekukan, beserta tiga mobil mewahnya disita. KPK juga menyita
surat berharga senilai diatas 2 Miliar. Diduga surat-surat berharga tersebut
ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan Akil. Penyidik KPK
juga menemukan narkoba di ruang kerja Akil di gedung MK. Namun hal itu masih
terus ditelusuri.
Terkuaknya megaskandal korupsi yang
melilit Ketua MK telah menggegerkan republik ini. Menjelang dua pekan, kasus
penangkapan Akil ini menjadi hotnews di
dalam maupun di luar negeri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun dibuat
gundah, SBY segera melakukan berbagai strategi guna menyelamatkan wajah MK.
Publik juga ikut terperangah mengapa seorang penjaga konstitusi negara, tidak
menjaga kehormatan dirinya sendiri serta kehormatan lembaga tinggi yang
dipimpinnya? Tak habis pikir seorang
penjaga benteng keadilan di negeri ini melakukan perbuatan tercela seperti itu.
Tak salah jika mantan Ketua MK ke-1,
Jimly Asshiddiqie, geram atas kasus Akil. “Ini orang (Akil) harus segera
diberhentikan. Bentuk segera majelis kehormatan. Kalau sudah tertangkap tangan,
kan, berarti dia terbukti menerima. Menurut saya, pantasnya, orang ini dihukum
mati. Walaupun undang-undang tidak mengenal pidana mati untuk korupsi,”
tegasnya.
Kita tentu sepakat dengan ucapan
Jimly, bila terbukti bersalah, sebagai panglima konstitusi, Akil sudah
seharusnya dihukum mati sebagai wujud tanggung jawab moralnya kepada rakyat.
Apalagi ia pernah menyuarakan hukuman mati bagi para koruptor, akan tetapi,
bagaimana bila itu menimpa dirinya?
Di lain pihak, mantan Ketua MK
sebelum Akil, Mahfud MD, memandang kasus yang menjerat Akil seharusnya pantas
masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) karena baru ada dan pertama kali. “Tak
hanya di Indonesia saja yang gempar dengan kasus suap tersebut, tapi
mengguncangkan dunia. Tak ada dalam sejarah ketua lembaga yudikatif ditangkap
karena suap,” ujar Mahfud.
Hal itu bisa kita maklumi bahwasannya
sejak tahun 2009, MK dipandang sebagai salah satu ikon keberhasilan reformasi
Indonesia. Saat itu rakyat pun kian berharap kepada MK dan KPK sebagai lembaga
negara yang bisa diandalkan untuk mencukur habis korupsi di negara ini. Namun
kini, wajah MK tercoreng-moreng oleh ulah pria bekas politisi asal Partai
Golkar itu.
Lengkaplah sudah pilar-pilar trias politika (eksekutif, legislatif, yudikatif)
di negara ini telah terserang penyakit yang bernama korupsi. Semua lini
kehidupan bangsa ini yang terkait dengan kekuasaan sudah kecanduan oleh
korupsi. Kini korupsi sudah menjadi sesuatu yang biasa dilakukan dan menggurita.
Sungguh miris di tengah negeri yang agamis.
Apalagi MK sebagai penjaga gawang
konstitusi yang berfungsi menegakkan hukum dan keadilan telah ditelanjangi oleh
orang-orang yang bermental korup. Bila ditelisik, berarti ada yang salah dalam
lembaga ini: apakah itu sistemnya atau Sumber Daya Manusianya (SDM). Atau malah
kedua-duanya. Maka rumus sederhananya: sistem mesti dibangun dengan baik dan
harus diisi oleh SDM yang lebih baik juga. Dan yang kita butuhkan adalah SDM
yang punya kapasitas layaknya seorang negarawan, adil, serta tak silau terhadap
uang.
Yang pasti, peristiwa penangkapan
sang ketua nonaktif MK ini masuk kategori kejadian sangat luar biasa, bahkan
bisa jadi sebagai lonceng kematian konstitusi kita, karena telah merusak sistem
ketatanegaraan serta meruntuhkan wibawa penegak hukum. Akil telah mengkhianati
konstitusi, ia tak sadar telah menyanyikan lagu kematian bagi tegaknya hukum
dan keadilan di bumi Indonesia.
*Mahasiswa Pend.IPS
UIN Jakarta, semester madya;
Pemilik akun @masjojoo
Thursday, September 26, 2013
Maluku, Penghasil Pesepakbola Kelas Dunia*
Hadirnya Belanda di tanah Maluku bukan hanya melahirkan penjajahan sistemik,
siasat, dan tindakan brutal lainnya. Namun,
menetapnya Belanda selama beratus tahun di negeri penghasil rempah ini
memberikan pengaruh positif yang bisa kita rasakan sebagai warga Indonesia hingga
kini. Pengaruh yang paling nyata ialah munculnya pesepakbola kelas dunia yang
mengaku berasal dari tanah Maluku.
Kita
bisa menemukannya bila menonton pertandingan sepakbola di stasiun televisi.
Apalagi bila yang dipertandingkan adalah duel antar-klub atau antar-negara yang
tersohor. Lewat pemandu acara, setidaknya kita bisa menemukan beberapa pemain
keturunan asal Indonesia. Bukan satu-dua pemain, melainkan cukup banyak. Ada
pemain yang berlevel kelas dunia dan ada juga yang biasa-biasa saja.
Kekaguman
kita sebagai rakyat Indonesia memuncak tatkala menyaksikan pertandingan
sepakbola antar negara-negara dunia, khususnya di daratan Eropa. Mulai dari friendly match, kejuaran Eropa (Euro) hingga Piala Dunia. Dari situ
kita bisa menemukan pemain-pemain berwajah orientalis-Indo. Dan benar saja
diantara mereka banyak yang mengaku berdarah Maluku.
Sebut
sajapemain sekaliber Johnny Heitinga dan Nigel de Jong, pria kelahiran Belanda
yang kini bermain di Liga Inggris dan tim nasional (timnas) Belanda. Selain
itu, Demy De Zeeuw, pemain yang bersinar bersama timnas Belanda dan klub asal
Belanda, Ajak Amsterdam. Jauh sebelumnya kita mengenal nama-nama seperti Mark
van Bommel, Denny Landzaat dan Roy Makaay, yang kini sudah pensiun dari dunia
sepakbola. Hingga nama yang paling tenar, pemain sekelas, Giovanni van
Bronckhoorst, pun berasal dari Maluku.
Uniknya
mereka mempunyai benih darah yang serupa, yakni dari Maluku. Kebanyakan Ibu
mereka berasal dari Kepulauan Rempah ini. Dan menariknya lagi mereka semua itu
berasal dari negara yang sama, yakni Netherlands (Belanda) –negara yang pernah
berkuasa lama di Indonesia, terutama di Maluku.
Maka
tak heran tampilnya timnas sepakbola Belanda di setiap laga internasional
dipastikan selalu ada pemain keturunan Maluku. Karna itu Maluku disebut sebagai
“Belandanya versi hitam”. Dan dari semua pemain keturunan Maluku, hingga kini,
belum ada yang bisa melebihi prestasi tertinggi dari pemain sekelas Giovanni
van Bronckhoorst sebab dialah kapten timnas Belanda di Piala Dunia 2010 dan
membawa Belanda merebut juara kedua (runner-up).
Satu hal yang patut kitabanggakan sebagai orang Indonesia.
Ini
pula yang dirasakan oleh masyarakat Maluku meski dahulu nenek moyang mereka
merasakan perihnya kekejaman yang dilakukan oleh orang-orang Belanda. Namun
karna adanya perkawinan silang dengan penduduk setempat serta banyaknya rakyat
Maluku yang bergabung sebagai anggota tentara Hindia-Belanda (KNIL), yang dalam
perjalanannya sebagian dari mereka menetap di Belanda. Dari cara itulah embrio
etnis Maluku hadir di Belanda. Yang kemudian melahirkan wajah-wajah peranakan, diantaranya
ada yang menjadi pesepakbola handal. Tentu sangat mengharumkan wajah Indonesia
di panggung dunia.
Mungkin
bukan tahun-tahun ini saja pemain peranakan Maluku dikenal oleh dunia. Namun
bila ditelusuri jauh kebelakang, keterlibatan orang-orang Maluku
sebenarnya sudah ada sejak Piala Dunia pertama tahun 1938. Ketika
itu kesebelasan Hindia-Belanda membawa nama Kerajaan Belanda, bukan Indonesia.
Sebab ketika itu Belanda masih punya pengaruh kuat di Indonesia.
Dari daftar pemain Hindia-Belanda di Piala Dunia 1938,
terseliplah beberapa pemain Maluku seperti Hans Taihuttu, Frederik Hukom
dan Tjaak Pattiwael. Ketiga pemain Maluku ini berbaur bersama pemain dari Jawa
(Nawir dan Suvarte Soedermadji), Tionghoa (Tan Djien, Bing Mo Heng, Tan Se Han
dan Tan Mo Heng) serta pemain asli Belanda seperti Beuzekom dan Henk Sommers.
Dari sinilah kita bisa menarik kesimpulan bahwa orang Maluku (Indonesia) pernah
bermain di Piala Dunia.
Kemudian, berbagai media mengabarkan bahwa kini di
kompetisi sepakbola domestik Belanda, Ere
Divisie Belanda, bahkan sudah melahirkan lagi talenta-talenta baru asal
Maluku yang sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi pemain bintang di masa
mendatang.
Dengan demikian, dari dunia sepakbolalah
hubungan emosional Belanda-Maluku melekat begitu kental. Kualitas pemain
berdarah Maluku tak kalah hebatnya dengan pemain mancanegara lainnya. Dari
sederet pemain asal Maluku yang ditampilkan di atas adalah nama-nama mentereng
yang dikenal oleh warga dunia. Yang tercatat sebagai pemain-pemain kelas dunia.
Bahkan, beberapa waktu lalu, pemain-pemain
keturunan Maluku itu pernah datang ke Indonesia dan dengan bangga mengakui
bahwa “saya berdarah Maluku”, “leluhur saya berasal dari Maluku”. Mungkin
itulah wujud dari kecintaan mereka terhadap tanah leluhurnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Maluku sudah
melangkah lebih maju dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Sebab dari sinilah produk pesepakbola kelas dunia bermunculan. Dan fakta itu tak
bisa digugat.
*Penulis adalah penganggum Maluku
Thursday, September 19, 2013
PERINGATAN !!!
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
.
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
.
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
.
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: LAWAN!
.
(Wiji Thukul, 1986)
Sunday, September 8, 2013
Demak, Arsitek Islamisasi
Oleh:
Jonathan Alfrendi*
Ilustrasi: Kesultanan Demak |
Benih
islamisasi mulai terlihat ketika raja Majapahit, Kertabhumi V menikah dengan
Amarawati (muslimah). Pernikahan beda agama tersebut melahirkan seorang pria
bernama Raden Fatah di tahun 1455. Raden Fatah kecil dibesarkan dalam
lingkungan muslim. Gurunya adalah Sunan Ampel dan Sunan Kudus. Karna selalu
berhadapan dengan ajaran Islam maka otomatis membentuk sikap fanatismenya
terhadap Islam. Raden Fatah inilah yang nantinya akan membuat pondasi
islamisasi di Indonesia.
Beranjak
dewasa Raden Fatah punya cita-cita untuk merobohkan hegemoni Majapahit. Tapi ia
tidak mau dengan pertumpahan darah. Ia menanti situasi dan kondisi yang pas
untuk menerkam Majapahit. Saat itu Demak merupakan sebuah kadipaten di bawah
kontrol Majapahit. Yang memimpin Demak Raden Fatah. Majapahit sendiri setelah
ditinggal mati oleh Gajah Mada dan Hayam Wuruk telah linglung.
Waktu
yang dinantikan Raden Fatah pun akhirnya tiba juga. Di tahun 1478 ketika Sunan
Ampel wafat, diam-diam Raden Fatah memimpin tentara Demak untuk menyerang
keraton Majapahit secara mendadak. Majapahit kaget-sekagetnya. Raja Kertabhumi
sebagai raja Majapahit ketika itu dibawa beserta pusaka-pusaka Kerajaan
Majapahit ke Demak, dengan tujuan bahwa Majapahit itu masih tetap ada. Akhirnya
Majapahit menyerah tanpa perlawanan tanpa pertumpahan darah.
Majapahit
yang telah berumur 184 tahun, yang dianggap sebagai kerajaan superior di
Nusantara berhasil dijinakkan oleh seorang pemuda bernama Raden Fatah.
Kecerdikan yang ia miliki membuat dirinya mampu meyakinkan rakyat Jawa bahwa
Demak adalah pelanjut dari Majapahit. Setelah episode Kerajaan Majapahit
berakhir, Demak yang tadinya hanya sebuah kadipaten berubah menjadi kesultanan.
Raden
Fatah mulai memimpin Demak di tahun 1481 M. Letak Kesultanan Demak di daerah
Bintoro, Jawa Tengah. Demak didirikan dengan konsep menyatukan Nusantara.
Adapun misi utamanya yaitu islamisasi di Jawa dan sekitarnya. Hal itu dilandasi
oleh zeit geist (jiwa jaman) yang
berkembang kala itu. Di dunia barat telah tumbuh semangat 3 G (gold, glory, gospel) sedangkan di timur
dengan islamisasinya.
Secara
perlahan Demak berevolusi menjadi kesultanan maritim yang perkasa dengan
menguasai bandar-bandar laut seperti di Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Untuk
memperkuat pertahanan, Demak membuat angkatan perang yang militan untuk menjaga
pertahanan keraton dan Nusantara sekaligus menjadi modal untuk melancarkan misi
islamisasi.
Berdirinya
Demak tidak bisa lepas dari kontribusi para Walisanga. Rontoknya Majapahit
tanpa pertumpahan darah adalah ide dari Sunan Ampel dan Sunan Kudus. Dalam hal
islamisasi para Wali Sembilan ini membentuk daerah kewalian, setiap ulama
diberi tugas ke wilayah-wilayah untuk islamisasi, antara lain:
Sunan Ampel di daerah Ampel Surabaya, Maulana
Malik Ibrahim di daerah Jawa Timur, Sunan Bonang di Bonang (Tuban), Sunan
Dradjat di Gresik/Sedaya, Sunan Giri di Gresik, Sunan Kudus di daerah Kudus,
Sunan Kalijaga di daerah Demak, Sunan Muria di daerah Gunung Muria dan Sunan
Gunung Jati di Jawa Barat (Cirebon).
Dengan
bantuan Walisanga, Kesultanan Demak menjelma menjadi episentrum islamisasi di
tanah Jawa sekaligus ke wilayah timur Indonesia. Semua berkiblat ke arah Demak.
Yang
tidak boleh dikesampingkan ialah peran Tionghoa Muslim dalam islamisasi. Bagi
Raden Fatah para Tionghoa Muslim ini dibutuhkan untuk membangun Kesultanan
Demak. Apalagi ketika Raden Fatah memerintahkan armada laut Demak untuk
menyerang Portugis di Malaka. Siang malam para tukang-tukang yang beretnis
Tionghoa ini bekerja keras untuk membuat kapal.
Alasan
mengapa Raden Fatah menginstruksikan agar menyerang Portugis karna kehadiran
Portugis sangat mengancam Demak. Sejak 1511 Portugis sudah berkuasa di Malaka.
Kehadiran mereka ini sesungguhnya didasari oleh semangat 3 G, yakni: gold, glory, dan gospel. Dengan
semangat ini mereka bernafsu untuk menguasai wilayah Nusantara terutama yang
ada rempah-rempahnya.
Hal inilah yang tidak disukai oleh Kesultanan Demak.
Karna
itu ketika kepemimpinan Raden Fatah, ia memerintahkan Pati Unus di tahun 1513
untuk melakukan agresi militer kepada Portugis di Malaka. Namun apadaya Pati
Unus kalah di medan laga. Dikarenakan Portugis lebih canggih persenjataannya.
Kekalahan itu tidak membuat Demak patah arang. Lagi-lagi Raden Fatah kembali
memerintahkan armadanya untuk menyerang Portugis di Malaka lagi. Episode kedua
ini dikomandoi oleh Ratu Kalinyamat (cucu Raden Fatah). Hasilnya Demak kalah
juga sebab Potugis lebih perkasa.
Puncak
kegemilangan Demak ketika Sultan Trenggana memimpin (1521-1546). Ia berhasil
meluaskan wilayah Demak dari arah barat sampai ke timur Jawa. Trenggana
berhasil meredam pengaruh Portugis di tanah Jawa. Ia tahu bahwa Demak kalah
dalam hal senjata maka ia membuat siasat agar pengaruh Portugis tidak menyebar.
Yang
Trenggana lakukan ialah dengan cara menaklukan Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon, yang dipimpin oleh panglima perang asal Demak bernama Fatahillah.
Dengan menguasai tiga daerah itu, Demak telah menghambat kedatangan Portugis di
Jawa. Fatahillah berhasil menguasai ketiga daerah Jawa Barat itu. Kemenangan
ini semakin memperkuat hegemoni Demak di tanah Jawa.
Hegemoni
Demak bukan hanya berkibar di tanah Jawa saja. Demak juga memiliki pengaruh di
Palembang, Jambi bahkan sampai ke Banjarmasin. Demak memberikan bantuan kepada
Kerajaan Banjar (Kalimantan) sebagai bentuk usaha perluasan pengaruh Demak.
Banjarmasin dianggap penting sebagai sekutu untuk membendung ekspansi Portugis
yang sedang berusaha membuat “jalan sutera” antara Malaka dan Maluku.
Untuk
memperkuat posisi politik di suatu wilayah maka cara ampuhnya adalah dengan
mendirikan monumen atau benteng. Inilah yang dilakukan oleh Bangsa Portugis
ketika berkuasa di suatu tempat. Berbeda dengan Portugis, Demak membuat Masjid
Demak. Masjid
ini punya peranan penting sebagai pusat peribadatan Kesultanan Demak. Para
Walisanga seperti Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan Sunan Bonang juga sering
berkumpul di masjid ini. Tepatnya pendirian Masjid Demak dimanfaatkan untuk
melancarkan islamisasi.
Kalau
kita perhatikan berdirinya suatu bangunan bertingkat, gedung-gedung yang
menjulang tinggi, monumen yang berdiri megah ataupun menara-menara pencakar
langit lainnya. Believe or not, semua
itu diaktori oleh para asitek.
Profesi
arsitek inilah yang diperankan oleh Kesultanan Demak untuk mengkonstruk
islamisasi di negara yang kita tempati ini.
*Mahasiswa
Sosiologi-Antropologi
Islam Masuk Dengan Damai

Oleh:
Jonathan Alfrendi*
Di
awal abad masehi negara yang kita injak sekarang bukan bernama NKRI. Dulu
namanya Nusantara. Di Nusantara kepercayaan yang paling bangkotan adalah animisme dan dinamisme, baru datanglah agama Hindu
dan Buddha. Lambat-laun Nusantara di dominasi oleh Hinduisme dan Buddhis selama
ratusan tahun. Yang perlu ditelusuri ialah bagaimanakah Islam yang kini
merupakan agama mayoritas di Indonesia mampu masuk menerobos ke sel-sel
kehidupan manusia Nusantara ketika itu? Dan faktanya kalau dahulu hinduisme dan
buddhis yang mayoritas tapi kini mereka menjadi minor.
Masuknya
Islam ke bumi Nusantara tak lepas dari pengaruh luar ketika itu. Di awal
tahun-tahun masehi wilayah Timur Tengah sudah berperadaban lebih maju ketimbang
wilayah lainnya. Pusat peradaban berasal dari situ, termasuk agama-agama. Agama
Hindu dan Buddha yang ada di Nusantara saja berasal dari Timur Tengah. Demikian
pula halnya dengan agama Islam yang tiba di Nusantara berasal dari aktivitas
yang terjadi di Timur Tengah.
Diawali
kemenangan Rasulullah saw atas kafir Quraisy Makkah, 11 H/632 M berdampak pada
percepatan proses penyebaran agama Islam (Suryanegara, 2009: 95). Penyebaran
agama Islam bak meteor yang jatuh dari kolong langit, melesat begitu cepat
merambah ke sendi-sendi wilayah di dunia ini. Seperti ke India, Cina, Eropa,
Afrika, Amerika, Asia Tenggara, termasuk Nusantara (baca: Indonesia). Agama
Islam terus bergerak melintasi beragam wilayah tanpa batas.
Secara
sistemik, ajaran Islam masuk ke setiap kulit dunia melalui aneka cara seperti
perdagangan, perkawinan, hubungan diplomatik (politik), seni-budaya,
pendidikan, serta tasawuf. Melalui cara-cara demikianlah ajaran Islam masuk dan
berkembang di Indonesia. Setelah Islam masuk barulah membentuk entitas politik
berupa kesultanan-kesultanan.
Bila
kita pergunakan pendapat Suryanegara (2009) bahwa ada tiga teori besar masuknya
Islam ke Nusantara, yaitu: pertama Teori
Gujarat, bahwa Islam datang dari wilayah Gujarat (India) melalui peran saudagar
India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua
Teori Makkah, bahwa Islam tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui
saudagar muslim sekitar abad 7 M. Ketiga Teori
Persia, menyatakan bahwa Islam tiba di Indonesia melalui peran para saudagar
asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke Nusantara
sekitar abad ke-13.
Sementara
itu, ada teori yang jangan sampai kita sampingkan yaitu Teori Cina, yang
menyatakan bahwa Islam masuk pada abad 15 M. Fakta itu bisa dilihat dari background sebagian walisanga yang
berasal dari Tionghoa (Cina). Ketika itu masyarakat Cina berasal dari Kanton,
Zhangzhou, dan Quanzhou. Hal itu ada kaitannya dengan sosok Laksamana Cheng Ho,
seorang Tionghoa Muslim, yang banyak menggunakan warga Tionghoa Islam dari
Yunan dalam melaksanakan tugasnya menjalin hubungan niaga dan politik di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Semenjak tahun 1407 Cheng Ho sudah membentuk
masyarakat Tionghoa Islam di kota Palembang.
Maka
kalau ditanya teori manakah yang memiliki pijakan kuat, jawaban yang bijaksana
ialah Teori Gujarat dan Teori Cina, tepatnya sekitar abad 7 M. Kedua teori itu
sangat dominan namun masyarakat muslim juga berasal dari Arab. Sebab asal agama
Islam ialah Negara Arab. Berarti Arab juga punya kontribusi. Alasan mengenai
Teori Gujarat yaitu bahwasannya aliran Syiah ialah aliran agama Islam yang
sampai dahulu di Indonesia, yang dibawa oleh para pedagang asal Gujarat, Persi dan Arab.
Posisi
Indonesia sangatlah strategis bagi perdagangan melalui jalur pelayaran
internasional. Tiongkok dan India adalah dua kutub perniagaan yang sangat
sentral ketika itu. Aktivitas pelayaran Tiongkok-India atau sebaliknya, haruslah melewati
Nusantara tepatnya Sriwijaya. Sriwijaya pemegang kunci pelayaran Nusantara
ketika itu (abad 7). Maka pelayaran dari India atau Tiongkok harus melewati
pelabuhan Melayu di Sriwijaya sebab bandar Malaka belum lahir.
Dari
aktivitas pelayaran itu tidak menutup kemungkinan para pedagang asal Timur
Tengah telah singgah bahkan menetap di daerah pantai untuk sekadar istirahat
atau menunggu cuaca baik. Dari pantai inilah para pedagang memanfaatkan waktu
istirahat mereka untuk menyebarkan ajaran Islam. Boleh jadi proses masuknya
Islam ke Nusantara dimulai dari daerah pantai. Sebab pantai adalah tempat yang
ramai. Berawal dari pantai inilah agama Islam menerobos ke jantung pedalaman
tempat tinggal warga.
Adapun
tempat-tempat lainnya yang dipakai untuk mengenalkan ajaran Islam ialah melalui
pasar maupun pelabuhan, karena disinilah aktivitas masyarakat terlihat.
Sementara itu, Syaikh Ar-Rabwah menjelaskan bahwa wirausahawan muslim memasuki
kepulauan Indonesia terjadi pada masa Khalifah Utsman bin Affan, 24-36 H/644-656
M (Suryanegara, 2009:104). Diperjelas oleh J.C. Van Leur, bahwa pada 674 M di
pantai barat Sumatera telah terdapat settlement
(hunian bangsa Arab Islam) yang menetap disana (Suryanegara, 2009: 105).
Ketika
Sriwijaya sebagai kerajaan adidaya melemah di tahun 1275 M akibat ekspedisi
Pamalayu-nya Raja Kertanegara (Singasari) membuat para saudagar, mubalig, ahli
sufi yang berasal dari Timur Tengah leluasa masuk ke Nusantara. Maklum saja
sewaktu Sriwijaya berjaya, Sriwijayalah yang memegang kontrol di kawasan
Nusantara –khususnya di region barat. Kelemahan Sriwijaya itulah yang mendorong
islamisasi dibumikan di Nusantara.
Fakta
demikian memperkuat dugaan bahwa Islam masuk ke Nusantara awalnya dari barat
dahulu (Sumatera) di abad 7 M. Yang dibuktikan dengan adanya para saudagar
muslim asal Timur Tengah bermazhab Syiah yang telah menetap disana. Disusul
kemudian di bagian tengah pada abad ke 8 M. Di Indonesia bagian timur sendiri
agama Islam dikenalkan mulai abad ke 14 melalui perdagangan, dakwah oleh para
mubalig dan perkawinan. Berarti kedatangan Islam di berbagai daerah di
Nusantara tidaklah bersamaan.
Untuk
perkawinan yang digunakan sebagai media penyebaran agama Islam tidaklah
diformat atau dirancang sedemikian rupa. Perkawinan-perkawinan antara seorang
muslim dan pribumi (Hindu-Buddha) mengalir begitu saja. Seperti, perkawinan
Raja Kertabumi V yang menikah dengan Amarawati (muslimah), melahirkan Raden
Fatah. Kemudian perkawinan antara pedagang Tionghoa muslim dengan wanita
pribumi yang melahirkan muslim peranakan.
Hal
itu menandakan bahwa masyarakat Nusantara semasa Hindu-Buddha telah menanamkan
milai-nilai toleransi beragama. Mereka menerima agama Islam dengan sifat damai
dan terbuka. Selain itu, bukti toleransi lainnya ketika dakwah Islam tidak
dilarang. Termasuk aktivitas dakwah Sunan Ampel di Surabaya dan Maulana Malik
Ibrahim di Gresik. Yang uniknya lagi terdapat makam-makam orang Jawa muslim di
dekat keraton Majapahit. Kita tahu Majapahit merupakan kerajaan yang superior
ketika itu. Sifat-sifat toleransi inilah yang sebenarnya mencerminkan watak
asli manusia Indonesia.
Secara
garis besar bahwa masuknya agama Islam dan proses Islamisasinya kepada penduduk
Nusantara maupun kepada para bangsawan kerajaan adalah dengan cara damai.
Strateginya antara lain melalui perdagangan, memanfaatkan daerah pantai, pasar,
dakwah, kesenian, perkawinan, dan sikap ramah yang diperlihatkan oleh para
penyebar agama islam ini.
Sehingga
secara bertahap, agama islam mendapat pijakan yang kuat di Indonesia sekitar
abad 15-17 M sewaktu Majapahit mengalami keruntuhan. Hingga kini agama islam
sebagai agama import merupakan agama
mayoritas di Tanah Air. Lebih tegasnya, Islam masuk bukan dengan pedang.
Dari
bukti-bukti tersebut maka kita harus mengetuk palu sebanyak tiga kali untuk
menetapkan secara sah bahwa Islam masuk dengan damai. Tok tok tok.
*Mahasiswa UIN Jakarta;
Prodi: Pend. IPS
Thursday, September 5, 2013
Pembodohan Ala MOS
Oleh Jonathan Alfrendi
![]() |
Peserta MOS |
15 Juli 2013 lalu menjadi hari dimulainya dunia persekolahan untuk tahun ajaran baru 2013/2014. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, awal tahun ajaran baru ini hadir bersamaan dengan Bulan Suci Ramadhan. Meski begitu, hal ini tidak menyurutkan semangat para siswa untuk kembali bersekolah, terutama peserta didik baru.
Lazimnya awal tahun ajaran baru, kegiatan pengenalan lingkungan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa baru, atau lebih dikenal dengan Masa Orientasi Sekolah (MOS) juga Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) dilakukan selama beberapa hari. Umumnya pelaksana masa orientasi ini ialah kakak kelas dan pesertanya adalah para siswa-siswi yang telah diterima di sekolah pilihannya setelah melalui tahapan seleksi sebelumnya. Yang paling jamak adalah mereka yang berada di kelas 7 SMP dan 10 SMA.
Lazimnya awal tahun ajaran baru, kegiatan pengenalan lingkungan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa baru, atau lebih dikenal dengan Masa Orientasi Sekolah (MOS) juga Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) dilakukan selama beberapa hari. Umumnya pelaksana masa orientasi ini ialah kakak kelas dan pesertanya adalah para siswa-siswi yang telah diterima di sekolah pilihannya setelah melalui tahapan seleksi sebelumnya. Yang paling jamak adalah mereka yang berada di kelas 7 SMP dan 10 SMA.
MOS atau MOPDB kali ini, seperti sebelumnya, masih diwarnai oleh cara-cara lama yang justru cenderung melenceng dari tujuan dari kegiatan itu sendiri. Para anak didik baru harus mempersiapkan berbagai hal yang justru terlihat di luar nalar kita. Umumnya mereka tampil dengan aneka atribut yang justru menimbulkan gelak tawa.
Ada yang memakai topi dari belahan bola plastik. Wanita dengan aneka kunciran warna-warni yang menghiasi kepalanya. Mengenakan tanda pengenal yang lebar. Memakai tas kardus atau karung. Membawa balon udara hingga memakai kaus kaki yang berbeda. Mereka juga diwajibkan untuk membawa makanan, seperti: coklat, mie rebus, roti. Bahkan ada juga yang diharuskan membawa sapu ijuk, sapu pel dan kemudian diserahkan kepada sekolah.
Bagi mereka yang tidak membawa perlengkapan itu akan mendapat hukuman dari seniornya. Sanksinya dapat berupa teguran hingga fisik. Mau tak mau mereka harus menuruti semua kehendak yang telah digariskan. Tak peduli bagaimana caranya yang penting harus ada. Terkadang para orang tua pun harus berjibaku menyiapkan segala perlengkapan anaknya walau harus memakan biaya besar. Tak jarang para orang tua mengeluh.
Jelaslah praktik MOS ini telah menjurus ke arah pembodohan. Anak didik diharuskan menuruti segala peraturan demi terbentuknya pelajar yang disiplin, taat, dan takut kepada senior-seniornya. Dan pada akhirnya setelah selesai mengikuti MOS siswa baru itu bisa merasa terkungkung secara emosional, batin, bahkan takut kepada seniornya secara berlebihan. Boleh jadi di tahun mendatang mereka akan mempraktekkan kembali hal yang sama kepada juniornya. Dan terus akan terulang.
Memang pada dasarnya kegiatan MOS bertujuan agar anak didik baru mengenal suasana lingkungan dan tata tertib sekolahnya, mengetahui hak, kewajiban dan tanggung jawabnya serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya. Namun persoalannya apakah tujuan itu dapat dicapai bila peserta didik harus mengenakan atribut seperti badut? Bagaimana mungkin.
Bila kegiatan MOS seperti itu terus diterapkan justru akan menggiring peserta didik menjadi manusia super penurut. Tidak menaikkan derajat kemanusiaan karna sejatinya pendidikan adalah pemerdekaan, seperti ucapan Ki Hajar Dewantara -tokoh pendidikan nasional.
Padahal secara harfiah MOS memiliki arti sebagai momentum memberikan waktu kepada pelajar untuk melakukan peninjauan agar lebih kenal. Peninjauan disini diartikan untuk meninjau sekolah barunya. Maka setidaknya dalam menyampaikan materi MOS harus diselipkan beberapa hal, diantaranya.
Pertama, menghilangkan budaya mengenakan atribut-atribut sebagaimana yang telah disinggung di atas. Kedua, mengenalkan riwayat, prestasi, kekurangan, atau alumni-alumni yang telah dihasilkan oleh sekolah tersebut agar para siswa semakin mengenal lebih dalam dan tumbuh rasa memiliki. Ketiga, menumbuhkan nilai-nilai karakter kebangsaan, seperti: menghargai perbedaan, cinta tanah air, hidup rukun, religius, anti-narkoba serta melarang sex bebas. Keempat, mengenal kehidupan masyarakat disekitar sekolah. Sebab bagaimanapun juga sekolah dan masyarakat adalah dua hal yang saling mempengaruhi.
Kedepannya kita berharap kegiatan MOS atau MOPDB harus lebih humanis bukan membodohi peserta didik. Karna dari kegiatan MOS inilah kita dapat membentuk siswa menjadi homo homini socius, manusia menjadi sahabat bagi sesamanya.
JONATHAN ALFRENDI
Mahasiswa Pend.IPS UIN Jakarta
Konsentrasi Sosiologi-Antropologi
Subscribe to:
Posts (Atom)